Minggu, 11 Agustus 2013

Hendra/Ahsan Tak Gentar Hadapi Pasangan Denmark di Final

Mohammad Ahsan/Hendra SetiawanVIVAnews - Pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berhasil melaju ke partai final Kejuaraan Dunia 2013. Di final yang akan berlangsung hari ini, Minggu 11 Agustus 2013, mereka akan menghadapi pasangan Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen.

Hendra/Ahsan lolos ke final setelah mengalahkan peraih medali emas Olimpiade London 2012, Cai Yun/Fu Haifeng asal China, dengan skor 21-19, 21-17. Sementara itu Boe/Mogensen menundukkan pasangan Korea Selatan, Kim Ki Jung/Kim Sa Rang lewat pertarungan tiga set, 21-23, 21-18, dan 21-18.
Hendra/Ahsan tercatat unggul 1-0 pada rekor pertemuan mereka dengan Boe/Mogensen. Di turnamen French Open Superseries 2012, Hendra/Ahsan menang straight game dengan skor 21-16, 21-15. Manajer tim Indonesia, Rexy Mainaky mengatakan Hendra/Ahsan siap menghadapi siapapun lawan di partai final.

"Kami akan melihat penampilan kedua calon lawan Hendra/Ahsan malam ini. Besok (hari ini) sudah babak final, Hendra/Ahsan siap menghadapi siapapun. Kami optimis bisa meraih gelar juara,” kata Rexy seperti dikutip situs resmi PBSI.

Senada dengan Rexy, Herry Iman Pierngadi, Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI mengatakan Hendra/Ahsan sudah siap untuk menghadapi siapapun yang menjadi lawan mereka di final.

“Kami sudah mengantisipasi calon-calon lawan di final, kami juga pelajari rekaman-rekaman pertandingan kedua pasangan ini. Bagi Hendra/Ahsan, ketemu siapapun sama saja, peluang tetap terbuka,” ungkap Herry.

Selain pasangan Hendra/Ahsan, Indonesia juga menempatkan pasangan ganda campuran di final. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akan menghadapi pasangan China, Xu Chen/Ma Jin. Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Gita Wirjawan berharap wakil Indonesia bisa mengulang sejarah pada 2007. Saat itu Hendra Setiawan/Markis Kido dan Nova Widianto/Liliyana Natsir meraih juara dunia.

"Walaupun sudah cukup lama semenjak 2007, sepertinya sejarah terulang dengan kehadiran Hendra di partai final. Mudah-mudahan juga terjadi pada Liliyana. Apapun, ini merupakan kerja keras tim selama ini. Kita akan terus berjuang untuk kejayaan," ujar Gita.

“Apapun yang terjadi, para atlet akan memberikan yang terbaik dan maksimal bagi kita semua,” tambah Gita.

Hendra Bocorkan 'Resep' Jadi Juara Dunia


Rentetan prestasi terus ditorehkan ganda putra Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Setelah menjuarai Indonesia Terbuka, Singapura Terbuka, kini Hendra/Ahsan menjadi kampiun dunia bulu tangkis 2013.

Keberhasilan itu diperoleh Hendra/Ahsan setelah di final yang berlangsung di Guangzhou, Cina, Minggu (11/8), mengalahkan unggulan ketiga asal Denmark Mathias Boe-Carsten Mogensen, dua set langsung 21-13, 23-21.

Gelar juara dunia ini merupakan yang kedua bagi Hendra setelah sebelumnya meraih gelar yang sama pada 2007 bersama Markis Kido, sedangkan gelar ini merupakan yang pertama bagi Ahsan.

Saya sangat senang sekali bisa jadi juara lagi di Guangzhou, mungkin bagi saya ada faktor keberuntungan juga bertanding di sini," kata Hendra Setiawan.

Hendra sedikit membocorkan 'resep' kemenangannya. "Mungkin kali ini saya lebih enjoy, waktu dulu saya sempat tidak bisa
makan. Saat masih berpasangan dengan Markis Kido kalau makan juga 'diem-dieman', tidak pernah ngomong. Sekarang lebih rileks, mungkin karena sudah pernah meraih gelar juara dunia, tetapi hal ini tidak mengurangi kebahagiaan saya meraih gelar juara dunia tahun ini bersama Ahsan," jelas Hendra.

Jumat, 14 Juni 2013

Indonesia Andalkan Dua Ganda Putra Senior di Perempat Final



JAKARTA, KOMPAS.com — Dari sekian banyak ganda putra Indonesia yang turun di Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013, hanya dua yang bisa lolos ke perempat final. Mereka adalah ganda senior, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Alvent Yulianto Chandra/Markis Kido.
Sejak awal, Ahsan/Hendra memang diharapkan bisa merebut gelar juara di turnamen bulu tangkis level Super Series ini.

Ahsan/Hendra yang kini berada di peringkat 13 dunia, maju ke perempat final setelah mengalahkan rekan senegara, Berry Anggriawan/Yohanes Rendy Sugiarto dengan skor cukup ketat, 26-24 dan 21-19.
Sementara itu, Alvent/Kido memanen kesuksesan dengan mengeliminasi unggulan tiga dari Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, juga dengan straight game, 23-21 dan 21-15.

Beberapa ganda junior sempat membuat kejutan di babak awal, tapi mereka belum mampu menapak ke babak lebih jauh. Andrei Adistia/Gideon Markus Fernaldi membuat kejutan di babak pertama dengan mengalahkan Hoon Thien How/Tan Wee Kiong. Namun, mereka tak bisa berbuat banyak saat bertemu ganda China, Cai Yun/Fu Haifeng.

Ganda non-unggulan asal Rusia, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov, di luar dugaan berhasil melaju ke babak ini. Di babak pertama, mereka langsung menumbangkan unggulan pertama asal Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen.
Di perempat final, Ahsan/Hendra akan bertemu Cai/Fu yang merupakan unggulan kelima, sedangkan Alvent/Kido akan berhadapan dengan Shin Baek-choel/Yoo Yeon-seong yang merupakan unggulan delapan.

Perempat Final Ganda Putra:
Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia) vs Chris Adcock/Andrew Ellis (Inggris)
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (Indonesia) vs Cai Yun/ Fu Haifeng (China)
Shin Baek-choel/Yoo Yeon-seong (Korea) vs Alvent Yulianto Chandra/Markis Kido (Indonesia)
Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang) vs Lee Yong-dae/Ko Sung-hyun (Korea)

Ahsan/Hendra Singkirkan Juara Olimpiade



JAKARTA, KOMPAS.com — Ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan maju ke semifinal Djarum Indonesia Open 2013 dengan menyingkirkan Cai Yun/Fu Haifeng.

Dalam pertandingan perempat final menghadapi pasangan China tersebut, Hendra/Ahsan menang dalam dua game 21-18 dan 21-13.

Ini merupakan kemenangan pertama Hendra/Ahsan menghadapi ganda juara Olimpiade 2012 ini. Sebelumnya, mereka kalah dalam dua pertandingan.

Di semifinal, mereka akan menghadapi ganda Rusia, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov.

Hendra: Cai/Fu Sudah Menurun



JAKARTA, Kompas.com - Pemain ganda putra Hendra Setiawan melihat permainan juara Olimpiade 2012, Fu Haifeng/cai Yun memang sudah menurun.

Hendra yang berpasangan dengan Muhammad Ahsan berhasil lolos ke babak semifinal Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013, Jumat (16/6) dengan menyingkirkan Fu/Cai 21-18, 21-13.

Menurut Hendra Setiawan, permainan pasangan China ini memang terlihat menurun. "Mereka sempat cedera usai Olimpiade. Mungkin itu sebabnya permainannya menurun."

Sementara  Ahsan mengaku mereka sering diuntungkan posisi karena situasi di lapangan. "Kami sering  menang angin. Jadi mampu terus menekan mereka."

Sementara Cai/Fu mengaku kondisi fisik mereka memang belum pulih setelah sempat istirahat selama setangah tahun karena cedera usai merebut medali emas Olimpiade London, Agustus 2012.

Hanya, mereka mengaku permainan pasangan Indonesia tersebut memang konsisten. Namun, Fu menganggap permainan Hendra/Ahsan sebenarnya masih di bawah Hendra dengan pasangan sebelumnya, Markis Kido. "Kido/Hendra lebih sulit dihadapi. Mereka lebih lengkap."

Kamis, 13 Juni 2013

Owi Harapkan Gelar Juara Bermodal Dukungan Publik Istora


 

Jakarta - Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir melaju ke perempatfinal usai terlibat duel 'Merah Putih' dengan Fran Kurniawan/Shendy Puspa. Bersiap menghadapi lawan berikutnya, target juara pun dicanangkan bermodalkan dukungan publik Istora Senayan.

Tontowi/Liliyana yang unggulan kedua harus tertinggal lebih dulu saat menghadapi Fran/Shendy, kompatriotnya yang kini jadi lawan. Kalah 12-21, Tontowi/Liliyana akhirnya bisa berbalik menang dengan kemenangan 21-12, 21-11 di dua set berikutnya.

"Gim pertama kami main tertekan. Set kedua kami mencoba membalikkan keadaan. Dan di set ketiga kami sudah bermain sesuai pola yang telah kami siapkan," ujar Tontowi usai pertandingan tanpa didampingi Liliyana.

Dalam laga itu, dukungan luar biasa publik Istora Senayan boleh jadi terbagi dua antara yang mendukung Tontowi/Liliyana dan yang menyemangati Fran/Shendy.

Di babak-babak berikutnya, Tontowi/Liliyana boleh jadi berharap tak lagi terlibat duel serupa agar dukungan publik Istora bisa dikuasai sepenuhnya demi meraih gelar juara.

"Semoga dengan semangat penonton membuat kami bisa juara di Indonesia Open," seru Owi, sapaan akrab Tontowi.

Owi dan Butet--sapaan Liliyana--kini sudah langsung mempersiapkan diri untuk menghadapi unggulan lima asal Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di perempatfinal.

"Soal strategi saya belum tahu. Tergantung pelatih. Tapi yang pasti saya harus mengantisipasi bola-bola mereka. Karena jujur, dua pertandingan kemarin kami belum terlalu enak mainnya, karena mungkin masih adaptasi lapangan. Tapi mudah-mudahan besok bisa bermain lebih baik lagi," tekad Owi.

Rabu, 12 Juni 2013

Kejutan! Tommy Singkirkan Chen Long



JAKARTA, KOMPAS.com  Tunggal putra Indonesia, Tommy Sugiarto, membuat kejutan dengan menyingkirkan unggulan dua asal China, Chen Long, di babak pertama Djarum Indonesia Open Super Series Premier, Rabu (12/6/2013).

Tommy mengalahkan lawannya yang merupakan unggulan dua tersebut dalam dua game, 21-11 dan 21-18.

Kemenangan Tommy langsung disambut meraih penonton Istora Gelora Bung Karno. Tommy memang unggul mutlak di game pertama 21-11. Di game kedua, Chen Long sempat unggul 12-16 sebelum pukulannya menyangkut di net. 

Setelah mengejar 14-16 dan menyamakan kedudukan 18-18, Tommy akhirnya merebut tiga poin sisa 21-18. Ini merupakan kemenangan pertama Tommy dalam tujuh pertemuan di antara keduanya.
Di babak kedua, Tommy akan menghadapi pemain Hongkong, Wong Wing Ki, yang menyingkirkan harapan Inggris, Rajiv Ouseph, 21-7, 24-22.

Minggu, 09 Juni 2013

(Djarum Indonesia Open) Bersama Hendra/Ahsan, Angga/Rian Jadi Senjata di Ganda Putra



(Jakarta, 7/6/2013) Dua pasangan ganda putra menjadi andalan Indonesia di ajang Djarum Indonesia Open Superseries Premier 2013. Mereka adalah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Angga Pratama/Rian Agung Saputro.

Meski baru berpasangan tahun lalu, Hendra/Ahsan yang menjadi juara di Malaysia Open Superseries 2013 dianggap lebih matang karena sudah banyak makan asam garam. Hal ini diungkapkan Herry Iman Pierngadi, Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI.

“Sebelum berpasangan, mereka sudah banyak pengalaman, apalagi Hendra yang sudah pernah meraih medali emas olimpiade. Angga/Rian juga baru dua tahun berpasangan dan mereka masih muda, kedepannya masih ada waktu untuk lebih matang lagi” kata Herry.

Sementara Angga/Rian menunjukkan grafik penampilan yang meningkat di tahun 2013. Keduanya meraih dua gelar berturut-turut di turnamen Australia Open Grand Prix Gold dan New Zealand Open Grand Prix 2013. Di Piala Sudirman 2013 lalu, mereka juga menyumbang poin bagi tim Merah Putih saat menumbangkan Cai Yun/Fu Haifeng, peraih medali emas Olimpiade London 2012 dari Cina.

“Penampilan Angga/Rian sudah jauh lebih baik, terutama dari segi mental. Kalau teknik, saya lihat mereka tidak ada masalah, hanya mental bertanding yang masih kurang. Setelah menang di Australia. New Zealand dan mengalahkan Cai/Fu di Piala Sudirman, terlihat sekali banyak kemajuan” ujarnya.

Jelang Djarum Indonesia Open Superseries Premier 2013, kedua pasangan ini menjadi senjata di sektor ganda putra. Nomor ganda putra menjadi salah satu nomor andalan selain ganda campuran yang ditargetkan meraih gelar lewat pasangan Tontowi Ahmad/Liliiyana Natsir.

“Target ganda putra adalah masuk final dulu, kalau bisa juara. Selain Hendra/Ahsan, Angga/Rian juga diandalkan, tetapi kalau yang muda-muda bisa membuat kejutan, kenapa tidak?” tambah Herry.

Kamis, 23 Mei 2013

Tim Bulu Tangkis Indonesia Kalah dengan Kepala Tegak






Metrotvnews.com, Kuala Lumpur: Sama sekali tidak terlihat raut wajah kekecewaan dan muram dalam tim Piala Sudirman Indonesia, sebaliknya malah gelak tawa dan canda.
Padahal tim pimpinan Anton Subowo tersebut baru saja menyerah 2-3 kepada tim favorit juara China dalam pertandingan perempatfinal di Stadion Putra Bukit Jalil Kuala Lumpur, Kamis (23/5).
Kekalahan tersebut tidak hanya mengubur harapan Indonesia untuk mencapai target lolos ke babak semifinal, tapi juga mencatat prestasi terburuk karena inilah untuk pertama kalinya terlempar dari empat besar sejak lambang supremasi beregu campuran itu digelar pada 1989 di Jakarta.


Saat memasuki ruang jumpa pers usai pertandingan, wajah Anton, putra Ketua KOI Rita Subowo yang didampingi manajer tim Rexy Mainaky serta pemain Liliyana Natsir, tampak berseri-seri.
"Bagi saya, pertandingan tadi ibarat partai final karena berlangsung sangat ketat dan tidak mudah bagi China untuk mengalahkan Indonesia yang menurunkan pemain muda," kata Anton mengawali jumpa pers yang diikuti puluhan wartawan asing itu. 


Yang membuat gembira tim Piala Sudirman merasa pantas senang tentu bukan kekalahan tersebut, tapi perjuangan yang telah diperlihatkan oleh para seluruh pemain.
Tim yang sebagian besar bermaterikan pemain muda tersebut, di luar dugaan membuat China yang begitu perkasa cukup kerepotan sampai partai terakhir. Beruntung mereka berhasil memanfaatkan kelelahan Liliyana Natsir yang diturunkan di dua nomor sekaligus, yaitu ganda campuran bersama Tontowi Ahmad dan ganda putri bersama Nitya Krishanda Maheswari.
Menpora Roy Suryo yang sengaja datang untuk memberikan dukungan langsung, juga ikut bangga dengan perjuangan maksimal yang telah diperlihatkan seluruh pemain.
Seperti halnya Anton, Roy juga setuju dengan anggapan bahwa pertandingan melawan China tersebut ibarat final yang sesungguhnya karena menyajikan pertarungan terbaik dibanding dengan pertandingan lainnya.


Roy memuji strategi yang telah diterapkan oleh tim pelatih dengan menurunkan Liliyana di dua nomor sekaligus, yaitu ganda campuran bersama Tontowi Ahmad dan di ganda putri bersama pemain muda Nitya Krishanda Maheswari.
Liliyana yang akrab disapa Butet tersebut sukses pada laga pembuka di nomor ganda campuran dengan mengalahkan Xu Chen/Ma Jin dalam pertarungan tiga game 21-18, 15-21, 21-16.
Tapi pada partai terakhir yang menentukan ketika skor imbang 2-2, Liliyana yang tenaganya tampak sudah terkuras, gagal membuat kejutan bersama Nitya sehingga akhirnya menyerah dua game langsung 12-21, 19-21 kepada Yu Yang/Wang Xiaoli.
Akibat Undian Li Yongbo, yang dikalangan media asing pelatih dikenal angkuh karena tidak mau meladeni wartawan di luar China, juga  menyayangkan hasil undian yang menempatkan Indonesia harus bertemu lebih awal dengan China. 


Menurut Yongbo yang pernah mendominasi tunggal putra bersama Tian Bingyi pada 1980-an, seharusnya Indonesia tidak bertemu lebih awal dengan China jika ingin melangkah sampai ke babak final.
"Sungguh disayangkan Indonesia harus bertemu lebih awal dengan China karena saya yakin hasilnya bisa lain," katanya melalui penerjemah. Hasil yang diperoleh Indonesia juga tidak terlepas dari nasib sial akibat undian yang tidak menguntungkan.
 

Setelah menempati runner-up Grup A yang dijuarai China, keberuntungan benar-benar menjauhi Merah Putih karena pada babak perempat-final harus kembali berhadapan dengan juara bertahan itu.
Sebagai tim yang berada di luar empat unggulan, setiap runner-up harus rela bergantun pada nasib baik karena lawan yang akan dihadapi harus berdasarkan hasil undian.
Terlepas dari kekalahan "terhormat" tersebut, bagaimana pun Indonesia tidak bisa menghapus fakta bahwa inilah hasil terburuk yang diraih sejak untuk pertama kalinya tampil sebagai juara pada event pertama di Jakarta pada 1989. 


Pada kejuaraan pertama untuk memperebutkan lambang supremasi beregu campuran itu, Indonesia di final mengalahkan Korea Selatan dengan skor ketat 3-2. Namun untuk penyelenggaraan berikutnya, Indonesia selalu gagal dan hasil terbaik adalah mencapai final pada 2007 di Glasgow.

Sedangkan China selalu juara dalam empat event terakhir dan bertekad untuk merebut gelar juuara untuk kelima kalinya secara beruntun, atau yang kesembilan kali secara beruntun.
Mengomentari keperkasaan China itu, Li Yongbo pun tidak segan-segan berkoar dan seolah-olah ingan mengatakan bahwa mereka siap juara kapan pun mereka inginkan. "Kami sudah menjuarai (Piala Sudirman) sebanyak delapan kali. Saya sebenarnya tidak keberatan jika kami harus kalah selagi pemain tampil penuh perjuangan. Kadang-kadang bagus juga jika tim lain yang tampil sebagai juara," katanya.


Sejarah juga mencatat bahwa selain hasil yang ditoreh ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyani Natsir yang mampu menjuarai All England dua kali beruntun pada 2012 dan 2013, bulutangkis Indonesia tidak kunjung membaik dalam dua tahun terakhir.
Diawali hasil terburuk Tim Piala Thoma dan Uber yang juga tersingkir untuk pertama kalinya di perempat-final setelah dikalahkan Jepang di Wuhan, China pada Mei 2012, mimpi buruk kembali berlanjut  di Olimpiade London pada Agustus 2012.
Untuk pertama kalinya sejak Olimpiade Barcelona 1992, tim bulutangkis Indoneia harus menerima kenyataan pahit pulang dengan hampa, tanpa medali perunggu sekali pun. (Antara)

Jumat, 29 Maret 2013

Christian: Indonesia Tetap Berpeluang Rebut Piala Sudirman

Christian Hadinata  

JAKARTA, Kompas.com - Indonesia masih memiliki peluang merebut kembali gelar juara Piala Sudirman, meskipun harus langsung berhadapan dengan juara bertahan China di Grup A. Demikian pernyataan Kepala Sub Bidang Pelatnas PBSI Christian Hadinata.

"Peluang masih terbuka, karena yang lolos dua tim dalam satu grup," kata Christian yang dihubungi Antara News, Kamis (28/3/2013).

Melalui sistem round robin, dalam satu grup akan meloloskan juara dan runner-up menuju babak perempat final. Selain bertemu China, Indonesia juga akan berhadapan dengan India yang juga memiliki pemain yang potensial.

Menanggapi hal tersebut, Christian tetap optimistis. "Pemain kita juga bagus-bagus," katanya.

Piala Sudirman menjadi salah satu target utama dari Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) selain All England, Kejuaraan Dunia, dan SEA Games. Sejak juara pada perhelatan pertama Piala Sudirman tahun 1989, Indonesia tidak pernah lagi berhasil merebut gelar kejuaraan dunia beregu campuran itu. Pada 2011, tim Indonesia hanya mampu mencapai babak semifinal.

China merajai gelar dengan meraih delapan kali juara sedangkan Korea berhasil memboyong tiga kali gelar juara selama 12 kali Piala Sudirman digelar.

"Kita juga inginnya menang karena sudah lama (tidak juara). Namanya juga target, peluang tetap terbuka," ujar legenda bulu tangkis Indonesia itu.

Sementara itu, Kepala Pelatih China Li Yongbo yang turut hadir dalam pengundian grup di Kualumpur, Malaysia, hari ini mengatakan timnya tetap akan berjuang yang terbaik.

"Siapapun lawan yang akan kami hadapi, kami akan tetap berusaha yang terbaik untuk mempertahankan gelar," katanya seperti dikutip dari laman resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).

Piala Sudirman edisi yang ke-13 ini akan digelar pada 19-26 Mei mendatang di Putra Stadium, Bukit Jalil, Kualumpur, Malaysia.


Indonesia Satu Grup dengan China


Tim Sudirman bulu tangkis Indonesia bergabung dalam satu grup dengan China. Dari hasil undian yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia. 

JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Sudirman bulu tangkis Indonesia bergabung dalam satu grup dengan China. Dari hasil undian yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (28/3/2013), Indonesia dan China masuk di grup A bersama India.
Piala Sudirman rencananya akan berlangsung tanggal 19-26 Mei 2013 di Kuala Lumpur. Di grup B, Thailand bergabung dengan Hongkong dan Korea Selatan.
Sementara di grup C diisi tuan rumah Malaysia, Jerman, dan Taiwan. Adapun di grup D bergabung Denmark, Jepang, dan Singapura.
Juara dan runner-up tiap-tiap grup akan melaju ke perempat final. Juara bertahan di turnamen ini adalah China.

Piala Sudirman Target Berikutnya

Jakarta, Kompas - Setelah merebut gelar juara ganda campuran pada turnamen bulu tangkis All England Super Series Premier 2013 melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, PB PBSI menargetkan meraih gelar juara pada tiga kejuaraan utama berikutnya. Tiga kejuaraan utama itu meliputi Piala Sudirman, Kejuaraan Dunia, dan SEA Games.
Demikian harapan Ketua Umum PB PBSI Gita Wirjawan di sela-sela penyambutan tim bulu tangkis Indonesia yang baru saja tampil di tiga turnamen di Eropa, Rabu (20/3) malam.
”Saya sangat terharu melihat tim yang ke Eropa memperoleh apa yang ditargetkan. Sembilan partai dalam perempat final, lima partai semifinal, dan satu gelar juara. All England adalah satu dari empat kompetisi yang ditargetkan tahun ini. Tiga kompetisi lainnya adalah Sudirman Cup, World Championship, dan SEA Games,” kata Gita.

Walau ada target di tiga kejuaraan utama itu, PBSI tetap berupaya mempertahankan gelar juara lainnya, salah satunya Piala Axiata yang akan dimulai Kamis ini di Surabaya dan di Kuala Lumpur, Malaysia.
Penyambutan tim nasional bulu tangkis berlangsung di Pintu D1, Terminal 2, Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dari ketiga target itu, Piala Sudirman menjadi kejuaraan terdekat yang akan dihadapi para pebulu tangkis nasional. Kejuaraan dunia beregu campuran itu akan berlangsung di Kuala Lumpur pada 19-26 Mei 2013.
Gita mengatakan, pekan depan ia akan mengumumkan daftar pemain, pelatih, dan manajer di Piala Sudirman. ”Pada 1 April, siapa-siapa yang berangkat sudah dipastikan sehingga dapat difokuskan. Sebab, tantangan kompetisi ini tidak lebih ringan dari All England,” katanya.
Lebih bersemangat

Menurut pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi, sejak kepemimpinan Gita, fokus PBSI bukan sekadar menjadi juara, melainkan diikuti pembuktian kerja keras setiap pemain.
”Sistem kontrak individu yang diterapkan Pak Gita menjadikan pemain lebih bersemangat. Buktinya keberhasilan All England. Meskipun keberangkatan tim tidak komplet, tidak diikuti dengan tim medis, Tontowi dan Liliyana sukses menjadi juara,” katanya.
”Mudah-mudahan dalam kepengurusan sekarang, Pak Gita terus mengeluarkan gebrakan yang membuat kami bersemangat, termotivasi,” kata Liliyana, yang dengan mata berkaca-kaca mengaku mempersembahkan kemenangan ini untuk keluarga yang selalu mendukungnya dan sang pelatih, Richard Mainaky.

Tim penyambut yang terdiri dari keluarga, kerabat, dan pengurus PB PBSI yang sudah menunggu lama tampak berseri-seri saat melihat Tontowi dan Liliyana muncul. Seperti diberitakan Antara, iringan tepuk tangan juga datang dari pengunjung bandara yang akhirnya ikut menanti kedatangan mereka.
Soal kegagalannya mencapai final di turnamen Swiss Terbuka yang berlangsung setelah All England, Liliyana berpendapat tenaga mereka sudah terkuras di All England. Di Swiss Terbuka, mereka dikalahkan pasangan Zang Nan/Tang Jinhua (China) di semifinal, 17-21, 21-19, 10-21.

Atas keberhasilan di All England, Tontowi dan Liliyana masing-masing mendapatkan hadiah deposito Rp 200 juta. Deposito tersebut diberikan oleh klub asal mereka, PB Djarum dan PB Tangkas Alfamart. ”Kami akan memberikan bonus kepada keduanya, termasuk untuk pelatih,” kata Gita.
Untuk ke depan, dalam perencanaan jangka panjang, Gita bertekad mendapatkan kembali beragam gelar dalam kejuaraan bulu tangkis yang pernah diraih Indonesia. ”Kami akan berusaha membawa kembali marwah juara bulu tangkis ke Indonesia,” ujarnya. (K05)

Axiata Cup Jadi Pemanasan Sudirman Cup

JAKARTA, Kompas.com — Juara bertahan Indonesia menatap kompetisi sengit dengan tujuh tim mancanegara yang diperkuat pemain-pemain dunia di turnamen bulu tangkis beregu internasional Axiata Cup, 21 Maret-14 April 2013, Surabaya-Kuala Lumpur.

Indonesia menganggap persaingan dengan pemain-pemain dunia di Axiata Cup ini menjadi cukup penting karena predikat sebagai juara bertahan, dan ajang ini —yang akan digelar kedua kalinya— dapat dijadikan pemanasan untuk melihat kesiapan para pemain menjelang Piala Sudirman 19-26 Mei di Malaysia.

Pemain tunggal putra Indonesia Simon Santoso mengatakan siap bertanding dengan para pemain dari lima tim Asia Tenggara yakni Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Filipina serta dua tim All Star Eropa dan Asia. Simon kini masih menunggu konfirmasi dari manajer tim Indonesia mengenai kepastian untuk berlaga di awal penyisihan Axiata Cup.

"Ini (Kejuaraan) tidak saya anggap hanya latihan biasa, tapi bisa juga jadi pemanasan untuk Sudirman Cup," ujar Simon saat dihubungi di Jakarta, Selasa (19/3/2013).

Di laga perdana pada penyisihan grup yang berlangsung di Arena DBL Surabaya, Jawa Timur, Kamis (21/3/2013), juara bertahan akan ditantang Vietnam yang diperkuat pemain tunggal putra peringkat sembilan dunia, Nguyen Tien Minh.

"Saya dengar di laga awal melawan Vietnam, siap tidak siap, kami harus siap," kata Simon.

Selanjutnya, Indonesia akan mencoba untuk menghadang perlawanan dari Singapura, yang diperkuat pemain tunggal putra Wong Zi Liang Derek, Chen Yongzhao Aston, dan tunggal putri Xing Aiying, Jumat (22/3/2013).

Persaingan sengit Indonesia dan Malaysia yang sama-sama menjadi tuan rumah akan berlangsung Sabtu (23/3/2013). Pemain berusia 25 tahun, Daren Liew, yang mengalahkan pemain nomor satu dunia sekaligus seniornya, Lee Chong Wei, di kejuaraan Djarum Superliga di Surabaya beberapa waktu lalu, akan menjadi andalan tunggal putra tim negeri jiran.

Kenangan manis mengalahkan Chong Wei di lokasi yang sama, Surabaya, dan atmosfer persaingan dengan Indonesia diperkirakan akan menyulut semangat Daren untuk tampil lebih maksimal.

Mengenai calon lawannya, Simon mengatakan, sejumlah pemain yang berkompetisi akan tetap tampil maksimal untuk mempertahankan gengsi dan juga peluang merebut hadiah yang ditawarkan kejuaraan ini.

"Setiap pemain akan tampil maksimal di kejuaraan ini, Indonesia tidak boleh lengah melawan pemain-pemain dunia," ucap Simon yang menjadi andalan Indonesia saat memenangi Axiata 2012, bersama Taufik Hidayat.

Panitia penyelenggara Axiata Cup menyebutkan bahwa Malaysia juga akan menerjunkan ganda putra Koo Kiean Keat dan Tan Boon Hong. Sementara itu, Indonesia memiliki duet Ryan Saputro/Angga Pratama dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Laga terakhir di penyisihan grup fase pertama, Minggu (24/3/2013) Indonesia akan ditantang tim All Star Asia yang diperkuat pemain tunggal putra Korea Selatan Lee Hyun II dan ganda Campuran Ashwini Ponnapa dan Tarun Kona (India). Pemain kawakan untuk tunggal putra Bao Chunlai (China) dan Zheng Bo juga diprediksikan akan turun untuk memperkuat tim Asia.

Minggu, 17 Maret 2013

keluarga mainaky

Terlihat dalam photo Rexy Mainaky di antara tujuh bersaudara Mainaky, mulai dari kiri ke kanan (si Bungsu hingga si Sulung), Karel Leopold Mainaky, Valentina Suwito Mainaky, Marlev Mario Mainaky, Rexy Ronald Mainaky, Rionny Frederik Lambertus Mainaky, Richard Leonard Mainaky, Marinus Rudolf Thomas Mainaky.
kemudian Rionny Mainaky mempunya anak yang menjadi pebulutangkis juga yang bernama  Lyanni Mainaky, dan marvin Mainaky adalah anaknya Marinus Mainaky

5 ATLET BULUTANGKIS PUTRA TERBAIK DALAM SEJARAH BULUTANGKIS INDONESIA

Meskipun prestasi bulutangkis Indonesia sedang menurun tajam, namun beberapa nama pebulutangkis telah mengharumkan Merah-Putih. Bahkan diantaranya tergores dalam lembar sejarah di dunia. Berikut 5 pebulutangkis putra terbaik Indonesia sepanjang sejarah.

1. RUDY HARTONO KURNIAWAN
Sejarah menulisnya lebih singkat dengan Rudy Hartono. Hingga saat ini rekor 8 kali juara All England, 7 diantaranya direbut secara berturut turut belum bisa terpecahkan. Di luar All England, hampir semua gelar pernah diraihnya termasuk Thomas Cup dan World Cup yang terakhir dilakoninya pada 1980. Rudy juga pernah menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama. Rudy juga pernah satu kali membintangi film layar lebar berjudul “Matinya Seorang Bidadari” pada tahun 1971.


2. LIEM SWIE KING

Merupakan generasi emas kedua di tunggal putra. King dianggap penerus kejayaan yang ditinggal Rudy Hartono. Tiga kali gelar All England dan empat runner-up dirasakan pebulutangkis kelahiran Kudus, 28 Februari 1956 ini. Gaya smash yang dilakukannya sambil melompat menjadi cirikhasnya hingga melahirkan julukan “King Smash”. Semerti halnya Rudy Hartono, Liem Swie King pun pernah bermain film layer lebar berjudul “Sakura dalam Pelukan”. Bahkan jejak langkahnya difilmkan dengan judul “King”.


3. ALAN BUDIKUSUMA

Permainannya tidak segemilang Rudy Hartono maupun Liem Swie King. Namun prestasi yang telah mengharumkan nama Indonesia untuk pertamakalinya di ajang Olimpiade Barcelona 1992 membuat Alan masuk daftar pebulutangkis terbaik di negeri ini. Alan belum pernah merasakan juara All England  maupun Thomas Cup. Namun dengan emas Olimpiade, Alan dianugrahi Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama seperti Rudy Hartono.


4. HARYANTO ARBI

Pebulutangkis Indonesia yang juga memiliki gelar lengkap. Dua kali gelar All England bisa diraihnya pada 1993, 1994. Juara Thomas Cup pernah dirasakan sebanyak 4 kali (1994, 1996, 1998, 2000), Juara Dunia 1994, 1995 dan beberapa open turnamen lainnya. Yang lebih fenomenal, Haryanto Arbi merupakan penerus Liem Swie King dalam hal jumping smash. Bahkan Haryanto Arbi dijuluki “Smash 100 watt”  karena kecepatannya.


5. TAUFIK HIDAYAT

Setelah era Haryanto Arbi usai, tak ada pebulutangkis tunggal putra Indonesia yang bisa unjuk gigi. Hingga akhirnya datang nama Taufik Hidayat. Pebulutangkis kelahiran 10 Agustus 1981 ini mampu mengembalikan prestasi bulutangkis Indonesia. Merebut emas Olimpiade Athena 2004, gelar juara dunia juga pernah dirasakannya pada tahun 2004. dan Enam kali juara Indonesia Open. Sayangnya hingga kini Taufik belum mampu merebut gelar All England.

Lilyana Natsir : Menyimpan Asa Terpendam

Para Juara Dunia Tampil di Kick Andy

Rencana penayangan acara Kick Andy yang menampilkan Fran Kurniawan, Fernando Kurniawan dan Febby Angguni tanggal 24 September mendatang, membuat saya teringat penampilan para juara dunia pada acara yang sama tiga tahun silam. Ketika itu pasangan pebulutangkis Nova Widianto/Lilyana Natsir dan Markis Kido/Hendra Setiawan yang tampil sebagai bintang tamu, baru saja merebut tahta pada kejuaraan dunia tahun 2007. Untuk mengingat kembali kenangan tersebut, saya membuka kembali file video rekamannya. Salah satu perbincangan yang menarik, ketika Andy F Noya mewawancarai Lilyana Natsir.

Perbincangan dimulai dengan pertanyaan tentang motivasi butet –panggilan akrab Lilyana- dalam kejuaraan dunia yang berlangsung di Kuala Lumpur tersebut. “Dari awal tahun 2006 kami (bersama nova) sempat drop setelah tahun 2005 meraih juara dunia. Kami belajar dari pengalaman kekalahan-kekalahan tersebut. Walaupun ditargetkan juara tapi kami tidak boleh terbebani dalam pertandingan,” ungkap Butet. Butet dan Nova bermain sebaik mungkin dan mengeluarkan segala kemampuannya. Hasilnya mereka menjadi juara dunia setelah mengalahkan pasangan kuat asal China, Zheng Bo/Gao Ling.

Butet memulai karir di bulutangkis bermula dari hobi meskipun bapaknya menekuni olahraga basket. Butet memang sangat menyenangi semua olahraga yang kebetulan dirinya lahir di hari olahraga nasional (Haornas) tanggal 9 September 1985 di Manado. Namun sedikit berbeda dengan olahraga lainnya, Butet tidak sekedar hobi berbulutangkis tapi berkeinginan mendalaminya sampai akhirnya menjadi pemain top dunia. Keluarga Butet juga sempat mengingatkan tentang masa depannya di bulutangkis tetapi saat itu Butet yakin meraih masa depannya seperti sekarang. Keyakinan tersebut membuat Butet memutuskan belajar dibangku sekolah hanya sampai SD (Sekolah Dasar).

Saat diwawancara Andy Noya, Butet mengungkapkan tekadnya untuk menjadi juara Olimpiade. Sayang setahun kemudian di Beijing tahun 2008, Nova/Butet harus puas dengan gelar runner-up setelah dikalahkan pasangan Korea, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung. Kesempatan bagi Butet sebenarnya masih terbuka pada Olimpiade tahun 2012. PBSI juga sedang memikirkan pasangan yang ideal bagi Butet untuk menggantikan posisi Nova. Beberapa waktu lalu Butet sukses menjadi juara Malaysia Open GPG bersama Devin Lahardi dan memenangkan Macau Open berduet dengan Tantowi Ahmad. Siapa pun pasangannya nanti semoga Butet mampu mewujudkan asa yang  masih terpendam.

Sepuluh Pemain Terhebat Indonesia

Salah satu fenomena yang terjadi saat ini adalah munculnya berbagai lembaga Survey. Aktivitas survey di tengah masyarakat lebih banyak mengusung tema politik seperti Pilkada dan pemilu serta survey yang berhubungan dengan rating acara televisi. Salah satu acara televisi swasta nasional, Metro TV melalui programnya Metro 10 mengambil tema berbeda pada salah satu episodenya. Pada edisi 17 November 2008, Metro 10 menayangkan survey pendapat masyarakat tentang 10 atlet bulutangkis terhebat. Tema ini memiliki nuansa tersendiri disaat hiruk pikuk politik di penjuru tanah air tetapi masih ada lembaga yang mau menyelenggarakan survey mengenai olahraga bulutangkis.

Menentukan pebulutangkis Indonesia terhebat sepanjang sejarah tentulah tidak mudah. Apalagi kalau ukuran penentuannya dihitung dari prestasi yang pernah dibuat sang pemain. Jika ditinjau dari sisi masa jaya pemain maka kita akan sepakat bahwa Rudy Hartono yang paling hebat. Dasarnya adalah prestasi Rudy yang menjuarai All England sebanyak delapan kali dimana hal ini tercatat dalam Guinnes Book of Record. Rudy mulai dikenal dunia ketika menjuarai All England tahun 1968 dan menutup prestasi besarnya dengan menjadi Juara Dunia tahun 1980. Berarti Rudy menempatkan dirinya dijajaran atas bulutangkis dunia selama 12 tahun. Mengikuti prestasi Rudy dicatat pasangan ganda putra Tjun Tjun / Johan Wahyudi sebagai pemegang All England enam kali plus juara dunia satu kali. Namun prestasi Rudy, Tjun Tjun dan Johan Wahyudi terasa sedikit kurang karena saat itu tidak mendapat tantangan dari negara raksasa bulutangkis lainnya, China. Kondisi politik Internasional membuat China tidak tergabung dalam organisasi bulutangkis dunia, IBF (Sekarang BWF). Kekurangan lainnya adalah belum dipertandingkannya bulutangkis pada pesta akbar olahraga dunia Olimpiade yang membuat pemain hebat saat itu tidak dapat menunjukkan prestasi di ajang tersebut.


Juara Olimpiade dan juara dunia layak menjadi nominasi pemain terhebat. Dari ajang Olimpiade tercatat nama-nama seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Chandra Wijaya, Tony Gunawan, Taufik Hidayat, Markis Kido dan Hendra Setiawan. Dari nama-nama tersebut Susi Susanti dan Ricky / Rexy merupakan pemain yang meraih gelar paling banyak dan paling lengkap. Hampir semua turnamen bergengsi selain merekah rengkuh, mulai dari Olimpiade, All England, Jepang Open, Indonesia Open dan Grand Prix Final. Khusus buat Susi, gelarnya terasa kurang lengkap karena gagal meraih medali emas Asian Games. Di ajang kejuaraan dunia, selain nama-nama tersebut diatas layak dikedepankan nama Icuk Sugiarto. Icuk meraih juara dunia tahun 1983 pada saat prestasi bulutangkis Indonesia sedang terpuruk dan kalah pamor dari pendatang baru, China. Diluar nama tersebut masih ada Liem Swie King yang meraih tiga kali juara All England dan Hariyanto Arbi yang dua kali juara All England plus juara dunia.


Pertimbangan-pertimbangan prestasi tentu menjadi ukuran utama dalam memilih pemain terhebat. Tetapi ketika pertanyaan tersebut dilontarkan ke masyarakat umum maka jawabannya akan sangat bervariasi. Minimnya ulasan-ulasan mengenai bulutangkis di media-media besar baik cetak maupun televisi membuat jawaban dari masyarakat pun tertuju kepada sosok yang lebih dikenal. Pada survey yang dilakukan Litbang Media Group yang mengambil sampel di enam kota besar (Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Makasar dan Surabaya) ternyata tertuju pada nama Taufik Hidayat. Pemain yang disebut-sebut sebagai pemain yang memiliki teknik bermain terbaik di dunia ini dipilih oleh 55 % responden. 


Berikut hasil survey yang dikutip dari program metro 10 mengenai 10 pemain terhebat :

1. Taufik Hidayat : dipilih 264 responden
2. Susi Susanti : 214
3. Rudy Hartono : 156
4. Alan Budi Kusuma : 78
5. Liem Swie King : 70
6. Icuk Sugiarto : 40
7. Ricky Subagya : 25
8. Christian Hadinata : 14
9. Sony Dwi Kuncoro : 14
10. Ivana Lie : 11


Dari survey tersebut tidak terlihat nama-nama pembuat sejarah seperti Tan Joe Hoek (Pemain pertama Juara All England), Ferry Sonneville bahkan Tjun Tjun / Johan Wahyudi tidak termasuk didalamnya. Seharusnya survey yang berhubungan dengan prestasi pebulutangkis sebaiknya memilih responden pada kalangan bulutangkis sendiri sehingga jajak pendapatnya lebih akurat. Tetapi bagaimanapun juga survey seperti ini bisa menjadi masukan buat banyak pihak akan minimnya publikasi pemain-pemain hebat negeri ini. Padahal dalam survey episode lainnya mengenai 10 peristiwa yang paling membanggakan bagi masyarakat Indonesia, ternyata yang menempati urutan pertama adalah kemenangan bulutangkis Indonesia di Olimpiade. Peristiwa tersebut mengalahkan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan (urutan kedua), reformasi 1998 (urutan delapan) bahkan sumpah pemuda (urutan sepuluh).

Masyarakat melalui sampel yang dipilih ternyata memberikan apresiasi yang tinggi terhadap bulutangkis Indonesia. Sayangnya secara umum masyarakat kita kurang mengenal jagoan-jagoan bulutangkis masa lalu.

Rudy Hartono

Informasi pribadi
 
Nama lahir Rudy Hartono Kurniawan
Chinese: Nio Hap Liang [1]
Tanggal lahir 18 Agustus 1949 (umur 60)
Tempat lahir Surabaya, Jawa Timur[1]
Tinggi 1.78 m (5 ft 10 in)
Tunggal Pria
Asal negara Bendera Indonesia Indonesia
Pegangan tangan Kanan

Rudy Hartono Kurniawan (Hanzi: 梁海量, Nio Hap Liang; translasi fonetik nama Indonesianya ke bahasa Tionghoa: 哈托诺 Hatuonuo; lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 Agustus 1949; umur 60 tahun) adalah seorang mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Ia pernah memenangkan kejuaraan dunia di tahun 1980, dan Kejuaraan All England selama 8 kali pada tahun 1960'an dan 1970'an.


Rudy Hartono adalah anak ketiga dari 9 bersaudara yang lahir dari pasangan Zulkarnain Kurniawan. Orang tua Rudy tinggal di Jalan Kaliasin 49 (sekarang Jalan Basuki Rahmat), Surabaya, Jawa Timur dan bekerja sebagai penjahit pakaian pria. Selain itu orang tua Rudy juga mempunyai usaha pemrosesan susu sapi di Wonokromo, Jawa Timur.

Seperti anak-anak seumuran lainnya, Rudy kecil juga tertarik dengan berbagai macam olahraga sejak SD, terutama atletik dan renang. Pada masa SMP dia juga berkecimpung di olahraga bola voli dan pada masa SMA dia juga adalah pemain sepak bola yang handal. Tapi dari semua olahraga yang dia ikuti, keinginan terbesarnya akhirnya hanya jatuh pada permainan bulu tangkis. Pada usia 9 tahun, Rudy kecil sudah menunjukkan bakatnya di bulu tangkis. Tetapi ayahnya baru menyadarinya ketika Rudi sudah berumur 11 tahun. Sebelum itu Rudy hanya berlatih di jalan raya aspal di depan kantor PLN di Surabaya, yang sebelumnya dikenal dengan Jalan Gemblongan -- ditulis oleh Rudy Hartono dalam bukunya Rajawali Dengan Jurus Padi (1986). Rudy berlatih hanya pada hari Minggu, dari pagi hari hingga pukul 10 malam. Setelah merasa cukup, Rudy memutuskan utuk mengikuti kompetisi-kompetisi kecil yang ada di sekitar Surabaya yang pada masa itu biasanya hanya diterangi oleh sinar lampu petromax.

Setelah ayahnya menyadari bakat anaknya, maka Rudy kecil mulai dilatih secara sistematik pada Asosiasi Bulu Tangkis Oke dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh ayahnya. Sekedar informasi, ayah Rudy juga pernah menjadi pemain bulu tangkis di masa mudanya. Zulkarnain pernah bermain di kompetisi kelas utama di Surabaya. Zulkarnain pertama kalinya bermain untuk Asosiasi Bulu Tangkis Oke yang dia dirikan sendiri pada tahun 1951. Di asosiasi ini ayah Rudy juga melatih para pemain muda. Program kepelatihannya ditekankan pada empat hal utama yaitu: kecepatan, pengaturan nafas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Tidak mengherankan banyak program kepelatihannya lebih menekankan pada sisi atletik, seperti lari jarak panjang dan pendek dan juga latihan melompat (high jump).

Ketika Rudy mulai berlatih di Asosiasi yang dimiliki ayah pada saat itulah Rudy merasakan latihan profesional yang sesungguhnya. Pada saat itu asosiasi tempat ayah Rudy melatih hanya mempunyai ruangan latihan di gudang gerbong kereta api di PJKA Karangmenjangan. Dengan kondisi seperti itu Rudy tetap berlatih dengan bersemangat bahkan dia merasa bahwa tempat latihan ayahnya jauh lebih baik dari tempat latihan sebelumnya karena ruangan gedung telah memakai cahaya lampu listrik sehingga dia bisa tetap berlatih dengan maksimal sampai malam hari. Selain itu lapangan yang disediakan juga lebih baik dibanding sebelumnya dan juga ada kantin yang berada di samping gedung latihan.
Awal Karir Profesional

Setelah beberapa lama bergabung dengan grup ayahnya, akhirnya Rudy memutuskan untuk pindah ke grup bulu tangkis yang lebih besar yaitu Grup Rajawali, grup yang telah melahirkan banyak pemain bulu tangkis dunia. Pada awal dia bergabung dengan grup ini, Rudy merasa sudah menemukan grup terbaik untuk mengembangkan bakat bulu tangkisnya. Akan tetapi setelah berdiskusi dengan ayahnya, Rudy mengakui bahwa jika dia ingin kariernya di bulu tangkis meningkat maka dia harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik, oleh sebab itu Rudy memutuskan untuk pindah pada Pusat Pelatihan Thomas Cup pada akhir tahun 1965. Tak lama setelah itu, penampilan Rudy semakin membaik. Bahkan dia turut ambil bagian dalam memenangkan Thomas Cup untuk Indonesia pada tahun 1967. Pada umur 18 tahun, untuk pertama kalinya Rudy memenangkan titel Juara All England dengan mengalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia dengan hasil akhir 15-12 dan 15-9. Setelah itu dia terus memenangkan titel ini sampai dengan tahun 1974.
Perolehan Medali
Rank Event Date Tempat
World Championships

1 Singles 1980 Jakarta, INA
Thomas Cup
1 Team 1970 Kuala Lumpur, MAS
1973 Jakarta, INA
1976 Bangkok, THA
1979 Jakarta, INA
2 1967 Jakarta, INA
1982 London, ENG
Statistik Karir
Final Turnamen BWF/IBF
Tunggal
Menang

Tahun Turnamen Lawan di final Skor
1980 World Championships Bendera Indonesia Liem Swie King 15–9, 15–9
Final Turnamen Internasional
Tunggal
Menang

Tahun Turnamen Lawan di final Skor
1968 All England Open Bendera Malaysia Tan Aik Huang[1]
1969 All England Open Bendera Indonesia Darmadi
1969 U.S. Open Bendera Indonesia Muljadi
1969 Canadian Open
1970 All England Open Bendera Denmark Svend Pri
1971 Denmark Open Bendera Jepang Ippei Kojima
1971 All England Open Bendera Indonesia Muljadi
1971 Canadian Open Bendera Jepang Ippei Kojima
1972 All England Open Bendera Denmark Svend Pri
1972 Denmark Open
1973 All England Open Bendera Indonesia Christian Hadinata
1974 All England Open Bendera Malaysia Punch Gunalan
1974 Denmark Open
1976 All England Open Bendera Indonesia Liem Swie King 
Runner-ups

Tahun Turnamen Lawan di final Skor
1975 All England Open Bendera Denmark Svend Pri
1978 All England Open Bendera Indonesia Liem Swie King
Ganda
 Runner-up

Tahun Turnament Acara Partner Lawan di Final Skor
1971 All England MD Bendera Indonesia Indra Gunawan Bendera Malaysia Ng Boon Bee
Bendera Malaysia Punch Gunalan
Daftar prestasi pada kejuaraan All England

* 1968: Menang - mengalahkan Tan Aik Huang, (Malaysia)
* 1969: Menang - mengalahkan Darmadi (Indonesia)
* 1970: Menang - mengalahkan Svend Pri (Denmark)
* 1971: Menang - mengalahkan Muljadi (Indonesia)
* 1972: Menang - mengalahkan Svend Pri (Denmark)
* 1973: Menang - mengalahkan Christian Hadinata (Indonesia)
* 1974: Menang - mengalahkan Punch Gunalan (Malaysia)
* 1975: Kalah - dikalahkan Svend Pri (Denmark)
* 1976: Menang - mengalahkan Liem Swie King (Indonesia)
* 1977: - Tidak ikut
* 1978: Kalah - dikalahkan Liem Swie King (Indonesia)

Penghargaan

* Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama
Kegiatan di luar bulu tangkis

* Pengusaha oli merk Top 1
* Pemain film "Matinya Seorang Bidadari" (1971) bersama Poppy Dharsono

Kisah di Balik 'Sengatan Smash 100 Watt' Hariyanto Arby

Seperti apakah rasanya disengat listrik berkekuatan 100 watt? Tanya saja pada lawan main mantan pebulu tangkis nasional, Hariyanto Arby. Dengan kekuatan jumping smash yang khas, ia mengalahkan lawan-lawannya dan mendapat julukan ‘Smash 100 Watt’. Berkat teknik jumping smash tersebut, pria kelahiran Kudus, 21 Januari 1972 ini disebut-sebut sebagai reinkarnasi atlit legendaris, Lim Swie King. Jika Lim Swie King selalu mengambil satu langkah mundur sebelum melancarkan serangan smash, Hari tidak. Ia langsung melompat dan melancarkan Smash 100 Watt-nya.

Mengikuti kejuaraan Pelajar se-Asia di Hongkong tahun 1986, karir Hari di dunia bulu tangkis pun dimulai. Meski namanya mulai diperhitungkan berkat gaya smash-nya yang atraktif tersebut, hingga tahun 1992 prestasi Hari belum kunjung bersinar di turnamen internasional. Beban tersebut kian terasa di pundaknya terlebih karena ia dibayang-bayangi oleh prestasi kedua kakaknya yang merupakan atlit bulu tangkis legendaris, Hastomo Arbi dan Eddy Hartono.


Ketika semua orang sudah meyakini karir Hariyanto Arbi telah berakhir, semangat pantang menyerah dan kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil. Ia berhasil mengibarkan Sang Saka di hadapan dunia dengan menjuarai All England tahun 1993 dan 1994. Menyusul dengan segudang prestasi lainnya di kejuaraan Taiwan Master, Jepang Terbuka, Hongkong Terbuka, SEA Games, dan Thomas Cup. Semua prestasi tersebut diraih secara konsisten mulai dari tahun 1993 – 1998, termasuk diantaranya Juara Dunia tahun 1995.


Hingga kini ia telah menggantung raket, kehidupannya tak jauh dari dunia bulu tangkis. Ia dan dua rekannya menggeluti bisnis peralatan bulu tangkis bernama Flypower. Perusahaan miliknya kerap menjadi sponsor bagi beberapa atlit muda yang potensial dengan mengirim mereka ke berbagai kejuaraan di dalam dan di luar negeri. Hal ini dilakukannya untuk terus memajukan bulu tangkis di Indonesia dan menyemangati generasi penerus.


Dalam sebuah talk show, Hari mengajak para pemain bulu tangkis muda Indonesia untuk berani bermimpi karena semuanya berasal dari sebuah mimpi. Ucapannya bukan tanpa alasan karena ia sungguh berjuang dan berhasil membungkam suara-suara sumbang yang ragu akan dirinya.